beranda

Cari Blog Ini

Senin, 25 Juni 2012

STUDI LAPANG PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DI PLTD SUPPA, PINRANG

Tugas Akhir Semester
STUDI LAPANGAN
KEGIATAN MENGANALISIS PENGOLAHAN LIMBAH CAIR
DI PT. MAKASSAR POWER ( PLTD SUPPA )
KABUPATEN PINRANG
TAHUN 2012




 DI SUSUN OLEH :


MUHAMMAD ARDANS
209240120
KESEHATAN LINGKUNGAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN 
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2012
KATA PENGANTAR
            Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan laporan ini dapat terselesaikan.
Dalam penyusunan  laporan ini, saya menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki. Namun berkat usaha, bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Melalui kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Saya sangat menyadari bahwa laporan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu diharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan  laporan ini dikemudian hari.
                                                                                    Parepare, Juni  2012
                                                                                                            Penyusun
                                                                                                                                 
                                                                                               MUHAMMAD ARDANS



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL             …………………………………………        i
KATA PENGANTAR           …………………………………………        ii
DAFTAR ISI                          …………………………………………        iii
BAB I PENDAHULUAN     …………………………………………        1
A.    Latar belakang      …………………………………………        1
B.     Rumusan masalah …………………………………………        2
C.     Tujuan dan Manfaat……………………………………….         2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..……………………………………         3
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN      .…………………………       9
A.    Gambaran Umum Lokasi Studi Lapang……………………       9
B.     Hasil dan Pembahasan .…………………………………….       10
BAB IV PENUTUP               …….……………………………………       15
A.    Kesimpulan           …….……………………………………       15
B.     Saran                     …….……………………………………       16
DAFTAR PUSTAKA




BAB I
PENDAHULUAN
   
1.1  Latar Belakang
Dewasa ini tantangan dalam dunia industri maupun perdagangan sedemikian pesat, hal ini menuntut adanya strategi efektif dalam mengembangkan industri, sehingga dapat bersaing dengan negara-negara lain yang telah maju Seiring dengan itu, suatu konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) mutlak dilakukan. Sustainable Development merupakan strategi pembangunan terfokus pada pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengesampingkan kebutuhan mendatang yang mana hal ini dikaitkan dengan kelestarian dan kesehatan lingkungan alam.
Permasalahan lingkungan saat ini yang dominan salah satunya adalah limbah cair berasal dari industri. Limbah cair yang tidak dikelola akan menimbulkan dampak yang luar biasa pada perairan, khususnya sumber daya air. Kelangkaan sumber daya air di masa mendatang dan bencana alam semisal erosi, banjir, dan kepunahan ekosistem perairan tidak pelak lagi dapat terjadi apabila kita kaum akademisi tidak peduli terhadap permasalahan tersebut.
Alam memiliki kemampuan dalam menetralisir pencemaran yang terjadi apabila jumlahnya kecil, akan tetapi apabila dalam jumlah yang cukup besar akan menimbulkan dampak negatif terhadap alam karena dapat mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan lingkungan sehingga limbah tersebut dikatakan telah mencemari lingkungan. Hal ini dapat dicegah dengan mengolah limbah yang dihasilkan industri sebelum dibuang ke badan air. Limbah yang dibuang ke sungai harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan, karena sungai merupakan salah satu sumber air bersih bagi masyarakat, sehingga diharapkan tidak tercemar dan bisa digunakan untuk keperluan lainnya.
PT. Makassar Power atau lebih dikenal dengan nama PLTD Suppa, sebagai salah satu pabrik tekstil yang terdapat di Solo berupaya untuk mengelola limbah yang dihasilkannya dengan melakukan pengolahan terhadap limbah cair yang dikeluarkan ke dalam suatu instalasi pengolah limbah yaitu Effluent Treatment Plant (ETP). Dari upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi beban pencemaran terhadap lingkungan sehingga memenuhi baku mutu sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam undang-undang tahun 2004 tentang baku mutu air limbah cair.
Menurut Sugiharto (1987) air limbah (waste water) adalah kotoran dari masyarakat, rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya.
Begitupun dengan Metcalf & Eddy (2003) mendefinisikan limbah berdasarkan titik sumbernya sebagai kombinasi cairan hasil buangan rumah tangga (permukiman), instansi perusahaaan, pertokoan, dan industri dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.Pengelolaan limbah cair dalam proses produksi dimaksudkan untuk meminimalkan limbah yang terjadi, volume limbah minimal dengan konsentrasi dan toksisitas yang juga minimal. Sedangkan pengelolaan limbah cair setelah proses produksi dimaksudkan untuk menghilangkan atau menurunkan kadar bahan pencemar yang terkandung didalamnya sehingga limbah cair tersebut memenuhi syarat untuk dapat dibuang. Dengan demikian dalam pengolahan limbah cair untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan yang dilaksanakan secara terpadu dengan dimulai dengan upaya minimisasi limbah (waste minimization), pengolahan limbah (waste treatment), hingga pembuangan limbah produksi (disposal).

1.2  Tujuan
Dalam studi lapangan kali ini, kami ingin mengetahui sistem serta proses pengolahan limbah cair yang dimiliki oleh PT. Makassar Power (PLTD Suppa) serta dampak yang diberikan terhadap lingkungan sekitar.

1.3  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sistem pengolahan limbah cair yang dimiliki oleh PT. Makassar Power (PLTD Suppa) ?
2.      Seberapa besar limbah yang dikeluarkan oleh PT. Makassar Power (PLTD Suppa) beserta dampak yang dihasilkan terhadap lingkungan ?

1.4  Manfaat
1.      Sebagai acuan, masukan serta referensi bagi PT. Makassar Power (PLTD Suppa) dalam meningkatkan sistem pengolahan limbah cair yang dimiliki.
2.      Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa studi lapang prodi Kesehatan Lingkungan dalam meningkatkan wawasan dalam mata kuliah Pengolahan Limbah Cair.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Pengertian Air Limbah
Air limbah adalah kotoran dari masyarakat dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan lainnya, dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.

2.2  Jenis-Jenis Air Limbah
Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu air limbah rumah tangga dan air limbah industri. Secara umum didalam limbah rumah tangga tidak terkandung zat-zat berbahaya, sedangkan didalam limbah industri harus dibedakan antara limbah yang mengandung zat-zat yang berbahaya dan yang tidak.
Untuk yang mengandung zat-zat yang berbahaya harus dilakukan penanganan khusus tahap awal sehingga kandungannya bisa di minimalisasi terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sewage plant, karena zat-zat berbahaya itu bisa memetikan fungsi mikro organisme yang berfungsi menguraikan senyawa-senyawa di dalam air limbah. Sebagian zat-zat berbahaya bahkan kalau dialirkan ke sawage plant hanya melewatinya tanpa terjadi perubahan yang berarti, misalnya logam berat. Penanganan limbah industri tahap awal ini biasanya dilakukan secara kimiawin dengan menambahkan zat-zat kimia yang bisa mengeliminasi zat-zat yang berbahaya.

2.3  Efek Buruk Air Limbah
Sesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila limbah tersebut tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada.

2.3.1 Gangguan Terhadap Kesehatan
Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta schitosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak terdapat bakteri patogen penyebab penyakit seperti:
1.      Virus
Menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan (effluent) pengolahan air.
2.      Vibrio Cholera
Menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera.
3.      Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b
Merupakan penyebab typhus abdomonalis dan para typhus yang banyak terdapat di dalam air limbah bila terjadi wabah. Prinsip penularannya adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang banyak berpenyakit typhus.
4.      Salmonella Spp
Dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak terdapat pada air hasil pengolahan.
5.      Shigella Spp
Adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.
6.      Basillus Antraksis
Adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan sporanya tahan terhadap pengolahan.
7.      Brusella Spp
Adalah penyebab penyakit brusellosis, demam malta serta menyebabkan keguguran (aborsi) pada domba.
8.      Mycobacterium Tuberculosa
Adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium.
9.      Leptospira
Adalah penyebab penyakit weii dengan penularan utama berasal dari tikus selokan .
10.  Entamuba Histolitika
Dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan penyebaran melalui Lumpur yang mengandung kista.
11.  Schistosoma Spp
Penyebab penyakit schistosomiasis, akan tetapi dapat dimatikan pada saat melewati pengolahan air limbah.
12.  Taenia Spp
Adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang sangat tahan terhadap cuaca.
13.  Ascaris Spp. Enterobius Spp
Menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan dan Lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia.
Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit maka air limbah juga dapat mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar. Keadaan demikian ini sangat dipengaruhi oleh sumber asal air limbah. Kasus yang terjadi di Teluk Minamata pada tahun 1953 adalah contoh yang nyata di mana para nelayan dan keluarganya mengalami gejala penyempitan ruang pandang, kelumpuhan, kulit terasa menebal dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Kejadian yang demikian adalah sebagai akibat termakannya ikan oleh nelayan, sedangkan ikan tersebut telah mengandung air raksa sebagai akibat termakannya kandungan air raksa yang ada di dalam teluk. Air raksa ini berasal dari air limbah yang tercemar oleh adanya pabrik yang menghasilkan air raksa pada buangan limbanya. Selain air raksa masih banyak lagi racun lainnya yang dapat membahayakan kesehatan manusia antara lain:
1. Timah Hitam
Apabila manusia terpapar oleh timah hitam, maka orang tersebut dapat terserang penyakit anemia, kerusakan fungsi otak, serta kerusakan pada ginjal.
2. Krom
Krom dengan senyawa bervalensi tujuh lebih berbayaha bila dibandingkan dengan krom yang bervalensi tiga. Apabila terpapar oleh krom ini dapat menyebabkan kanker pada kulit dan saluran pencernaan.
3. Sianida
Senyawa ini sangat beracun terhadap manusia karena dalam jumlah yang sangat kecil sudah dapat menimbulkan keracunan dan merusak organ hati.


2.3.2 Gangguan terhadap Kehidupan Biotik
Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu, dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga karena adanya zat beracun yang berada di dalam air limbah tersebut. Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah menjadi terhambat. Sebagai akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan. Selain bahan-bahan kimiayang dapatmengganggu kehidupan di dalam air, maka kehidupan di dalam air juga dapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti adanya tempertur tinggi yang dikeluarkanoleh industri yang memerlukan proses pendinginan. Panasnya air limbah dapat mematikan semua organisme apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum dibuang ke dalam saluran air limbah.

2.3.3 Gangguan Terhadap Keindahan
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang oleh perusahaan yang memproduksi bahan organic seperti tapioca, maka setiap hari akan dihasilkan air limbah yang berupa bahan-bahan organic dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air limbah mengalami proses pembusukan dari zat organic yang ada didalamnya. Sebagai akibat selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organic yang sangat menusuk hidung.
Disamping bau yang ditimbulkan, maka dengan menumpuknya ampas akanmemerlukan tempat yang banyak dan mengganggu keindahan tempat sekitarnya. Pembuangan yang sama akan dihasilkan oleh perusahaan yang menghasilkan minyak dan lemak, selain menimbulkan bau juga menyebbkan tempat di sekitarnya menjadi licin. Selain bau dan tumpukan ampas yang menggangu, maka warna air limbah yang kotor akan menimbulkan gangguan pemandangan yang tidag kalah besarnya.Keadaan yang demikian akan lebih parah lagi, apabila pengotoran ini dapat mencapai daerah pantai dimana daerah tersebut merupkan derah tempat rekreasi bagi masyarakat sekitarnya.
Pada bangunan pengolah air limbh sumber utama dari bau berasal dari :
1.      Tangki pembusuk air limbah yang berisikan hydrogen sulfida air dan bau-bau lain yang melewati bangunan pengolahan.
2.      Tempat pengumpulan buangna limbah industri.
3.      Bangunan penangkap pasir yang tidak dibersihkan.
4.      Buih atau benda mengapung yang terdapat pada tangki pengendap pertama.
5.      Proses pengolahan bahan organic.
6.      Tangki pengentalan (thickener) untuk mengambil Lumpur.
7.      Pembakaran limbah gas yang menggunakan suhu kurang dari semestinya.
8.      Proses pencampuran bahan kimia.
9.      Pembakaran Lumpur.
10.  Penimbunan Lumpur dan pengolahan Lumpur melalui proses pengeringan.
Adapun cara untuk mengatasi bau dapat ditempuh dengan beberapa macam cara antara lain :
1.      Secara Fisik
Dengan melakukan pembakaran, dimana gas dapar dikurangi melalui pembakaran pada suhu yang bervariasi antara 650-7500c. Untuk mengurangi kebutuhan suhu yang tinggi dapat dikurangi melalui katalisator. Penyerapan dan karbon aktif adalah juga bisa diterapkan dengan melewatkan udara ke dalam hamparan atau lapisan. Gas yang berkontak dengannya akan diserap sehingga bau akan dapat dikurangi, begitu juga halnya dengan penyerapan melalui pasir dan tanah. Pemasukan oksigen ke dalam limbah cair adalah salah satu cara yang bisa diterapkan untuk menjaga proses terjadinya pengolahan anaerobdapat dihindari sehingga gas yang ditimbulkan karena proses tersebut dapat dihindari.Penggunaan menara (tower) juga dapat dipergunakan untuk mengurangi pencemaran yang disebabkan oleh adanya bau melalui proses pengenceran di udra terbuka karena udara dari cerobong tidak mencapai langsung kedaerah pemukiman, dengan demikian bau yang ada dapat dicegah.
2.      Secara Kimiawi
Untuk menghilangkan gas yang berbau dapat juga dilakukan dengan cara melewatkan gas pada cairan basa seperti kalsium dan sodium hidroksida untuk menghilangkan bau. Apabila kadar karbondioksidanya tinggi maka biaya pengolahannya juga menjadi sangat tinggi, sehingga biaya ini merupakan salah satu penghambat yang besar. Dengan melakukan oksidasi pada pengolahan air limbah merupakan cara yang baik agar bau klorin dan ozon dapat dihindari. Adapun bahan yang dipergunakan sebagai bahanm oksidator adalah hydrogen peroksida. Pengendapan dengan bahan kimia membuat terjadinya endapan dari sulfida dengan gram metal khususnya besi.
3.      Secara Biologis
Air limbah dilewatkan melalui penyaringan yang menetes (trickling filter) atau dimasukkan ke dalam tangki Lumpur aktif untuk menghilangkan komponen yang berbau. Penggunaan menara khusus dapat dipergunakan untuk menangkap bau, adapun jenis menara itu diisi dengan media plastik yang bervariasi sebagai tempat tumbuhnya bakteri.

2.3.4. Gangguan terhadap Kerusakan Benda
Apabila air limbah mengandung gas karbondioksida yang agresif, maka mau tidak mau akan mempercepat proses terjadinya karat pada benda yang terbuat dari besi serta bangunan aiar yang kotor liannya. Dengan cepat rusaknya benda tersebut maka biaya pemeliharaannya akan semakin besar juga, yang berarti akan menimbulkan kerugian material. Selain karbon dioksida gresif, maka tidak kalah pentingnya apabila air limbah itu adalah air limbah yang berkadar pH rendah atau bersifat asam maupun pH tinggi yangbersifat basa. Melalui pH yang rendah maupun pH yang tinggi mengkibatkan timbulnya kerusakan pada benda-benda yang dilaluinya. Lemak yang merupakan sebagian dari komponen air limbah mempunyai sifat yang menggumpal pada suhu udara normal, dan akan berubah menjadi cair apabila berada pada suhu yang lebih panas. Lemak yang merupakan benda cair pada saat dibuang ke saluran air limbah akan menumpuk secara kumulatif pada saluran air limbah karena mengalami pendinginan dan lemak ini akan menempel pada dinding saluran air limbah yang pada akhirnya akan dapat menyumbat aliran air limbah. Selain penyumbatan akan dapat jugaterjadi kerusakan pada tempat dimana lemak tersebut menempel yang bisa berakibat timbulnya bocor.



  BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1  Gambaran Umum Lokasi Studi Lapang

PT Makassar Power merupakan sebuah Perusahaan Pembangkit Tenaga Listrik Swasta yang dibangun sebagai salah satu upaya dalam mendukung dalam percepatan pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Kebutuhan masyarakat dan industri akan energi listrik semakin meningkat, oleh karena itu kehadiran PT. Makassar Power sebagai mitra kerja PT. PLN Persero dipandang sebagai langkah yang tepat dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan tenaga listrik bagi masyarakat. PT. Makassar Power mulai dibangun pada 4 November tahun 1996 diatas tanah seluas 14 hektar terletak di Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang yang berjarak lebih kurang 250 km dari kota Makassar. PT. Makassar Power resmi beroperasi pada tanggal 29 mei 1998 dengan kapasitas pembangkit 62,2 MW yang ditangani oleh 70 orang tenaga kerja yang 4 diantaranya adalah tenaga asing, dengan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki umumnya adalah sarjana yang 75 % diantaranya adalah sarjana teknik.

Pembangkit Listrik Tenaga Diesel PT Makassar Power menggunakan bahan bakar MFO (Marine Fuel Oil) sebagai bahan bakar utama dalam proses pembangkitan energi listrik yang secara priodik bahan bakar MFO disuplay dari Pertamina melalui kapal tangker yang rata-rata 3 kali sebulan.
3.2  Hasil dan Pembahasan

PT Makassar Power dapat dikatakan telah memiliki sistem pengolahan limbah cair yang baik. Limbah – limbah yang dihasilkan terutama berbahan utama minyak dan lemak berasal dari bahan bakar minyak yang digunakan PT  Makassar Power dalam mengoperasikan mesin pembangkit listrik tenaga Diesel. Limbah cair yang hasilkan diolah melalui beberapa treatment khusus sebelum kemudian dibuang di perairan Suppa. Treatment atau pengolahan yang dilakukan, yakni sebagai berikut;

1.     Pengolahan Awal / Pendahuluan (Preliminary Treatment)
Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada instalasi pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan,, penghancuran atau pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limbah, seperti pasir, kayu, sampah, plastik dan lain-lain.
Pemisahan yang dilakukan mencakup pada material sludge atau yang disebut dengan lumpur minyak yang ada pada limbah cair yang dihasilkan.
Tujuan dari pengobatan awal ini adalah penghilangan padatan kasar dan bahan besar lainnya sering ditemukan dalam air limbah mentah. Penghapusan materi-materi ini diperlukan untuk meningkatkan operasi dan pemeliharaan unit pengobatan selanjutnya. Operasi perlakuan awal meliputi skrining kasar, penghapusan grit dan, dalam beberapa kasus, kominusi benda besar. Dalam grit ruang, kecepatan air melalui ruang tetap terjaga cukup tinggi, atau udara yang digunakan, sehingga mencegah pengendapan padatan organik yang paling. Grit removal tidak termasuk sebagai langkah awal pengobatan di sebagian besar pabrik pengolahan air limbah kecil. Comminutors kadang-kadang ditetapkan untuk melengkapi pemeriksaan kasar dan berfungsi untuk mengurangi ukuran partikel besar sehingga mereka akan dihapus dalam bentuk lumpur dalam proses pengolahan berikutnya. Perangkat pengukuran aliran, sering berdiri-gelombang flumes, selalu disertakan pada tahap awal pengobatan.
2.     Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Pada tahap pengolahan kali ini, dilakukan pemisahan lumpur dan air dimana pihak PT Makassar Power menggunakan alat HFO Separator untuk melakukan proses pemihsahan yang membantu menjernihkan air terhadap padatan-padatan tersuspensi yang terdapat atau tercampur didalam air.
Tujuan dari pengobatan utama adalah penghilangan padatan organik dan anorganik settleable oleh sedimentasi dan juga flotasi, dan penghapusan bahan-bahan yang akan mengapung (sampah) dengan skimming. Sekitar 25 sampai 50% dari kebutuhan oksigen masuk biokimia (BOD 5), 50 sampai 70% dari total padatan tersuspensi (SS), dan 65% dari minyak dan lemak dikeluarkan selama perawatan primer, sehingga partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak akan berada di atas / permukaan (disebut grease). Beberapa nitrogen organik, fosfor organik, dan logam berat yang terkait dengan padatan juga dihapus selama sedimentasi primer sedangkan kandungan koloid dan terlarut tidak terpengaruh. Air buangan dari unit sedimentasi primer disebut sebagai limbah primer.
Tangki sedimentasi primer atau clarifiers cekungan bulat atau persegi panjang, biasanya 3 sampai 5 m dalam, dengan waktu retensi hidrolik antara 2 dan 3 jam. Padatan menetap (lumpur primer) biasanya dihapus dari bagian bawah tangki dengan garu lumpur yang mengikis lumpur ke pusat baik dari yang dipompa ke unit pengolahan lumpur. Sampah adalah menyapu seluruh permukaan tangki dengan jet air atau cara mekanis dari mana ia juga dipompa ke unit pengolahan lumpur.
3.     Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan atau menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah yang dilakukan pada pipa-pipa yang saling terhubung dengan tangki dari HFO Separator yang ada di PLTD Suppa.
Tiga buah pendekatan yang digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended film dan lagoon system. Tujuan pengobatan sekunder adalah pengobatan lebih lanjut dari efluen dari pengobatan utama untuk menghapus sisa organik dan padatan tersuspensi. Dalam kebanyakan kasus, pengobatan sekunder berikut perawatan primer dan melibatkan penghapusan bahan organik terlarut dan koloid biodegradable menggunakan proses aerobik pengobatan biologis. Pengolahan biologis aerobik (lihat Kotak) dilakukan di hadapan oksigen oleh mikroorganisme aerobik (terutama bakteri) yang memetabolisme bahan organik dalam limbah cair, sehingga menghasilkan mikroorganisme lebih dan anorganik produk akhir (terutama CO 2, NH 3, dan H 2 O). Beberapa proses biologis aerobik digunakan untuk perawatan sekunder yang berbeda terutama dalam cara di mana oksigen dipasok ke mikroorganisme dan di tingkat di mana organisme memetabolisme bahan organik. Tinggi tingkat proses biologis ditandai dengan volume reaktor yang relatif kecil dan konsentrasi tinggi mikroorganisme dibandingkan dengan proses tingkat rendah. Akibatnya, tingkat pertumbuhan organisme baru jauh lebih besar dalam sistem tingkat tinggi karena lingkungan dengan baik dikendalikan. Mikroorganisme harus dipisahkan dari air limbah diperlakukan oleh sedimentasi untuk menghasilkan limbah sekunder diklarifikasi. Tangki sedimentasi yang digunakan dalam pengobatan sekunder, sering disebut sebagai clarifiers sekunder, beroperasi dengan cara dasar yang sama dengan clarifiers utama dijelaskan sebelumnya. Padatan biologis dihapus selama sedimentasi sekunder, yang disebut lumpur sekunder atau biologis, biasanya dikombinasikan dengan lumpur utama untuk pengolahan lumpur. Umum tinggi tingkat proses termasuk proses lumpur aktif, filter trickling atau biofiltrasi, selokan oksidasi, dan berputar biologis kontaktor (RBC). Kombinasi dua proses ini secara seri (misalnya, biofilter diikuti oleh lumpur aktif) kadang-kadang digunakan untuk mengobati air limbah kota mengandung konsentrasi tinggi bahan organik dari sumber-sumber industri.

Ø  Proses Lumpur Aktif
Dalam proses lumpur aktif, reaktor tersebar-pertumbuhan adalah tangki aerasi atau baskom yang berisi suspensi dari air limbah dan mikroorganisme, cairan campuran. Isi tangki aerasi dicampur dengan penuh semangat oleh perangkat aerasi yang juga memasok oksigen ke suspensi biologis. Aerasi perangkat yang umum digunakan termasuk diffusers terendam yang melepaskan udara tekan dan aerator permukaan mekanik yang memperkenalkan udara dengan mengagitasi permukaan cairan. Waktu retensi hidrolik dalam tangki aerasi biasanya berkisar dari 3 sampai 8 jam tapi bisa lebih tinggi dengan tinggi BOD 5 air limbah. Setelah langkah aerasi, mikroorganisme dipisahkan dari cairan dengan sedimentasi dan cairan diklarifikasi adalah sekunder limbah. Sebagian dari lumpur biologis didaur ulang untuk cekungan aerasi untuk menjaga campuran minuman keras padatan tersuspensi tinggi (MLSS) tingkat. Sisanya akan dihapus dari proses dan dikirim ke pengolahan lumpur untuk mempertahankan konsentrasi relatif konstan mikroorganisme dalam sistem. Beberapa variasi dari proses lumpur dasar diaktifkan, seperti aerasi diperpanjang dan parit oksidasi, umum digunakan, tetapi prinsip-prinsip serupa.
4.      Pengolahan Akhir (Final Treatment)
Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan organisme penyebab penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan khlorin ataupun dengan menggunakan sinar ultraviolet.





 



BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Limbah cair yang dihasilkan oleh PT Makassar Power (PLTD Suppa) diolah melalui beberapa treatment khusus sebelum kemudian dibuang di perairan Suppa dalam keadaaan jernih. Treatment atau pengolahan yang dilakukan, yakni sebagai berikut;
1.      Pengolahan Awal / Pendahuluan (Preliminary Treatment)
Tujuan dari pengobatan awal ini adalah penghilangan padatan kasar dan bahan besar lainnya sering ditemukan dalam air limbah mentah. Penghapusan materi-materi ini diperlukan untuk meningkatkan operasi dan pemeliharaan unit pengobatan selanjutnya.
2.      Pengolahan Primer (Primary Treatment)
Pada tahap pengolahan kali ini, dilakukan pemisahan lumpur dan air dimana pihak PT Makassar Power menggunakan alat HFO Separator untuk melakukan proses pemihsahan yang membantu menjernihkan air terhadap padatan-padatan tersuspensi yang terdapat atau tercampur didalam air.
3.      Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan atau menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah yang dilakukan pada pipa-pipa yang saling terhubung dengan tangki dari HFO Separator yang ada di PT Makassar Power (PLTD Suppa).
4.      Pengolahan Akhir (Final Treatment)
Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) limbah cair PT Makassar Power adalah menghilangkan organisme penyebab penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan khlorin ataupun dengan menggunakan sinar ultraviolet.
5.       Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)
Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai dengan yang dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia dari air limbah.

4.2 Saran
1. Dengan adanya kunjungan kami sebagai mahasiswa studi lapang, diharapkan kepada pihak PT Makassar Power dapat menjadikan kegiatan ini sebagai sebuah wadah untuk mengenalkan PT Makasaar Power kepada masyarakat melalui mahasiswa/mahasiswi yang bertindak sebagai penyalur informasi.
2. Diharapkan Pihak PT Makassar Power tidak mengesampingkan kehidupan lingkungan yang ada disekitar wilayah PT Makassar Power, sehingga kehidupan lingkungan dapat terjaga kebersihan dan keindahannya.



DAFTAR PUSTAKA

ü  Azwar, Azrul, Pengantar Imu Kesehatan Lingkungan, Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1995.
ü  Dinas Kebersihan Kotamadyia Padang, Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja, Padang : 1990
ü  Djatmiko, Margono, Wahyono, Pendayagunaan Industri Managemen, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000
ü  Haudri Satriago, Istilah Lingkungan Untuk Manajemen, Jakarta : PT. Gramedia, 1996.
ü  Notoatmodjo, Soekidjo, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rineka cipta, 1997.
ü  Udin Jabu, Dkk, Pedoman Bidang Studi Pembuangan Air Limbah Pada Institusi Pendidikan Sanitasi/Kesehatan Lingkungan, Jakarta : Pusdiknakes.


2 komentar:

  1. coba baca pendahuluannya...PLTD Suppa letaknya dimana????? jenis industinya, jenis apa??/

    BalasHapus
  2. yahh., maaff..... that's a human error... hehe

    BalasHapus